Memahami Derivasi Balik
DERIVASI BALIK
A. Pengertian Derivasi
Menurut Kridalaksana
(2007, hlm. 181) Derivasi Balik (back-derivation
atau back-formation) didefinisikan olehnya sebagai proses pembentukan kata
berdasarkan pola-pola yang ada, tanpa mengenal atau mempertimbangkan
unsur-unsurnya. Akibatnya, timbul bentuk yang secara historis tidak dapat
diramalkan.
B. Perbedaan Derivasi dan Infleksi
Infleksi (inflectional) adalah proses
pembentukan kata baru dengan menambahkan imbuhan terhadap suatu kata
yang tidak mengubah kelas kata tersebut. Dengan kata lain, jika suatu
kata mendapat prefix, suffix, ataupun infix, maka kelas kata
dari kata tersebut masih sama, misalnya kata "book" menjadi "books".
"Book" yang pertama adalah buku yang hanya berjumlah tunggal, sedangkan
"books" adalah buku yang jamak. Akan tetapi, baik "book" maupun "books"
keduanya masih sama-sama sebagai kata benda/ noun. Contoh infleksi pada
kata kerja misalnya kata "study" yang berubah menjadi "studies",
"studied", dan "studying". Imbuhan pada proses pembentukan kata "study"
menjadi beberapa kata tersebut tidak merubah kelas kata; semuanya masih
menjadi kata kerja/ verb.Bahasa-bahasa yang mengalami proses pembentukan kata dengan infleksi adalah bahasa Arab, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Latin, bahasa Sansekerta, dan lain sebagainya.
Contoh infleksi di dalam bahasa Indonesia misalnya adalah kata buah dan buah-buahan. "Buah" adalah kata benda tunggal, sedangkan "buah-buahan" adalah kata benda jamak. Pada kasus ini reduplikasi mengakibatkan pembentukan kata baru dengan perubahan dari tunggal ke jamak. Oleh karena itu, di dalam bahasa Indonesia untuk menunjukan kata benda jamak maka kita hanya perlu mereduplikasi kata tersebut, misalnya "orang" menjadi "orang-orang", "rumah" menjadi "rumah-rumah", dan sebagainya.
Derivasi (derivational) adalah proses imbuhan
terhadap suatu suku kata yang berakibat mengubah kelas kata tersebut,
misalnya imbuhan pada kata “sing” menjadi “singer”. Sing adalah kata
kerja yang berarti menyanyi, ketika mendapatkan imbuhan “er” maka
berubah menjadi kata benda “singer” yang berarti penyanyi.
Dari
pengertian yang sederhana ini kita bisa memahani bahwa derivasi akan
mengakibatkan perubahan kelas kata dan makna dari kata yang mendapatkan
imbuhan derivasi. Di dalam bahasa Indonesia kita bisa menjumpai misalnya
kata “pukul” menjadi “pemukul” dan "pemukulan". Proses imbuhan derivasi
mengakibatkan perubahan makna dan kelas kata. Kata “pukul” yang
merupakan kata kerja, berubah menjadi kata benda ketika mendapat imbuhan
“pe-” menjadi “pemukul” dan imbuhan "pe-an" menjadi "pemukulan".
C. Proses Pembentukan Derivasi Balik
Proses derivasi balik dalam bahasa Indonesia, merupakan proses
yang dapat menjelaskan mengapa kata “dipungkiri” jauh lebih banyak digunakan
daripada kata “dimungkiri“. Mungkin para pengguna bahasa mengira bahwa bentuk
pasif tersebut merupakan turunan dari kata “pungkir” yang huruf “p”-nya
mengalami pelesapan sewaktu diberi imbuhan “me-“: “memungkiri“. Sebenarnya,
kata “pungkir” tidak ada dalam perbendaharaan kata baku bahasa Indonesia. Yang
ada adalah kata “mungkir“, yang diserap dari kata bahasa Arab munkir (Russell,
2008).
D. Contoh Pembentukan Derivasi Balik
1. Kata
pungkir dalam dipungkiri yang dipakai orang karena mengira bentuk itu merupakan
padanan pasif dari memungkiri
(padahal kata pungkir tidak ada, yang
ada adalah kata mungkir, dan ini kita
ketahui karena kata ini berasal dari Bahasa Arab).
2. Pada ketik dalam diketik dipakai orang karena dikira bentuk bentuk itu merupakan
padanan pasif dari mengetik (padahal di sini tidak terjadi proses peluluhan
fonem /k/seperti dugaan orang,melainkan terjadi proses pemunculan /na/ seperti
pada bom dalam mengebom).
3. Kata tikah dalam ditikahkeun (Bahasa Sunda) digunakan orang karena dikira bahwa
bentuk itu merupakan padanan pasif dari menikah
(padahal kata tikah tidak ada, yang
ada adalah kata nikah, dan ini kita
ketahui karana kata ini berasal dari Bahasa arab). .
4. Bentuk
pengapakan dalam pengapakan pun dapat dipandang sebagai derivasi balik yakni bentuk
yang terjadi lewat mengapakan. Bentuk
yang “betul” tentu saja ialah diapakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abootty, O. (2002). The Funny Side
of English. New Delhi: Pustak Mahal.
Russell,
J. (Ed.) (2008). Loan-words in Indonesian
and Malay. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kridalaksana, H. (2007). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
https://m.belajarbahasa.id/artikel/dokumen/273-mengenal-infleksi-dan-derivasi-di-dalam-bahasa-2016-12-28-03-02
Komentar
Posting Komentar