Seminar Nasional “Sinergi Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia Untuk Membentuk Generasi Emas Indonesia”
Seminar Nasional “Sinergi
Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia Untuk Membentuk Generasi Emas Indonesia”
Pada hari sabtu tanggal 15 desember 2018 di Universitas Pancasakti Tegal diadakan acara Seminar Nasional yang membahas tentang Sinergi Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia untuk Membentuk Generasi Emas Indonesia. Acara tersebut diisi oleh empat pemateri. Dan banyak peserta seminar.
1. Prof. Dr. Teguh Supriyanto, M.Hum
2. Dr. Tirto Suwodo, M.Hum
3. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum
4. Dr. Burhan Eko Purwanto, M.Hum
Dan saya akan memaparkan sedikit tentang materi yang disampaikan oleh ke empat pemateri di atas.
Di antara sejumlah fungsi kemasyarakatan yang terpenting dapat disebutkan
1. fungsi bahasa resmi pada taraf negara atau daerah.
2. fungsi bahasa perhubungan luas.
3. fungsi bahasa pendidikan formal.
4. fungsi bahasa kesenian.
5. fungsi bahasa keilmuan dan keteknologian
Ketiga golongan bahasa itu hidupnya berdampingan, tidak dapat tidak terjadi proses yang saling mempengaruhi. Hal itu tampak sekali dalam bentuk kata dan perluasan kosakata. Hingga kini orang masih terlalu banyak menekankan peranan bahasa daerahnya sebagai sumber dan bukan sebagai penerima. Proses ini sebenarnya bersifat timbal balik. Dalam bahasa daerah masa kini dapat juga disaksikan masuknya unsur bahasa Indonesia. Hal itu sangatlah wajar dan jangan serta erta dianggap pencemaran. Kejadian asimilasi bahasa itu di satu pihak dapat membantu asimilasi bangsa, dan dipihak lain dapat menjamin kelangsungan hidup bahasa daerah yang bersangkutan yang harus menyesuaikan dirinya dengan arus perkembangan masyarakatnya. Karena itu hubungan kedua macam bahasa itu seyogyanya dikembangkan ke arah bagi tugas yang saling melengkapi. Dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia, kita sering tidak dapat terlepas dari pengaruh dunia internasional arena komunikasi antar bangsa memang tidak dapat dicegah.
Dalam
hal ini bahasa Indonesia dapat manfaatkan bahasa-bahasa asing yang dapat
memberi sumbangan untuk mengembangkan bahasa nasional. Kontribusi dari bahasa
asing kedalam suatu bahasa nasional. kontribusi dari bahasa asing ke dalam
bahasa sebenarnya merupakan suatu hal yang lumrah dan tidak perlu
dikhawatirkan selama kita tetap waspada terhadap penyalahgunaannya. Bahasa
seperti bahasa Inggris, misalnya, sejak dari lahirnya telah dipengaruhi oleh
berbagai bahasa Keltik, Saksono Kuno, Latin, Prancis, dan bahasa-bahasa Indo
Jerman yang lain. Demikian pula tanpa kita sadari kita telah menyerap banyak
kata asing, antara lain, dari bahasa Sansekerta seperti karya, dwi dan asrama;
dari bahasa Belanda seperti kamar, kantor, dan pos; serta dari bahasa
Portugis seperti bendera, kemeja, dan jendela. Bahasa dapat
berkembang karena adanya kontak dengan bahasa dan budaya lain sehingga
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dapat diikutinya. Satu hal yang
perlu dijaga adalah bahwa dalam mengembangkan bahasa nasional ini, di satu
pihak, kita harus bersifat terbuka, tetapi di pihak lain, kita harus juga
waspada.
Upaya menyelamatkan bahasa daerah
dari ancaman kepunahan memerlukan sinergi antar pemangku kepentingan.
Konservasi yang dilakukan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan perlu ditindaklanjuti pemerintah daerah secara konkret di
persekolahan ataupun komunitas. Hal itu dikemukakan Kepala Pusat Pengembangan
dan Pelindungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud Hurip Danu
Ismadi, Rabu (22/2), di Jakarta, di sela seminar nasional dan festival bahasa
ibu. Menurut Danu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud melalui
unit pelaksana teknis (UPT) di daerah sejauh ini telah bekerja sama dengan
pemangku kepentingan di daerah. Belum lama ini, UPT di Kalimantan Timur
melakukan konservasi dan revitalisasi bahasa daerah di wilayah itu. UPT
melakukan pemetaan bahasa untuk mengetahui persebaran bahasa dan wilayahnya.
Kemudian, dilakukan kajian vitalitas bahasa untuk mengetahui daya hidup sebuah
bahasa.
Lalu, dilakukan konservasi dan
revitalisasi. "Langkah terakhir ini lebih konkret dijabarkan oleh
pemerintah daerah dalam muatan lokal kurikulum di sekolah, juga dikuatkan
melalui komunitas pengguna dan pemerhati bahasa tersebut," ujar Danu. Langkah
strategis ini telah berjalan di Jawa-Bali dan wilayah lain. Peran pemerintah
daerah melindungi bahasa dan sastra daerah sebagai bagian dari kekayaan budaya
Indonesia diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Hasil kajian menunjukkan,
beberapa bahasa kini mengalami ancaman kepunahan, seperti di Nusa Tenggara
Timur, Maluku, dan Papua. Sepanjang tahun 2016, Kemdikbud memetakan dan
memverifikasi 646 bahasa daerah dari 2.348 daerah penelitian. Dari 646 bahasa
daerah itu, terdapat sejumlah bahasa yang vitalitasnya terancam punah, bahkan
sudah punah. Selama tahun 2011-2016, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
telah memetakan vitalitas 52 bahasa daerah. Dari 52 bahasa tersebut, terdapat
11 bahasa daerah yang sudah punah, 3 bahasa berstatus kritis, 12 bahasa
berstatus terancam punah, 2 bahasa berstatus rentan, dan 12 bahasa yang
berstatus aman (seperti Jawa, Sunda, Aceh, Bali, Bugis, Makassar, Muna, dan
Sentani). Hari Bahasa Ibu Internasional 2017 diperingati di Universitas PGRI
Semarang, Jawa Tengah, Selasa-Rabu. Dalam kesempatan itu terungkap, penggunaan
bahasa ibu di masyarakat kian ditinggalkan seiring pandangan manusia modern
yang cenderung menganggapnya sebagai hal kuno. Padahal, selain alat komunikasi,
bahasa ibu juga bermuatan nilai kasih sayang manusia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy meminta para guru Bahasa Indonesia untuk mampu menjadi jangkar dan penghubung antara bahasa daerah dan bahasa asing. Dengan begitu pelestarian bahasa daerah dapat terjaga dan upaya bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional kelak tercapai.
Muhadjir mengingatkan, undang undang tentang bahasa Indonesia di antaranya mengamanatkan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Dia mencontohkan bahasa Jepang telah menjadi bahasa internasional yang diakui Unesco. "Guru harus menguasai bahasa asing, minimal mampu menguasai bahasa Inggris," cetusnya seraya berharap para guru bahasa Indonesia yang tergabung di AGBSI mulai memacu diri melalui asosiasi untuk meningkatkan kompetensi.
Dalam kesempatan itu, Muhadjir mengapresiasi semangat kesejawatan yang dibangun para guru yang tergabung dalam AGBSI. Ia berharap AGBSI terus mendorong profesionalisme guru, baik dari aspek keilmuan, maupun kualitas pembelajaran, serta tanggung jawab sosial. "Kita ini sedang berjuang untuk meningkatkan profesionalisme guru," ujarnya.
Muhadjir mendorong organisasi asosiasi guru, termasuk AGBSI, untuk menyusun dan menetapkan kode etik profesi guru serta membentuk dewan profesi. Organisasi asosiasi profesi itu harus mampu menjaga martabat profesi
SASTRA LOKAL DALAM ERA MILENIAL
Pemateri: Prof. Dr. Teguh Supriyanto, M.Hum
Gejala Era Milenial:
1. Kesejagatan
2. Pudarnya batas wilayah
3. Tergerusnya identitas bangsa
Fenomena dalam Sastra:
1. Tahun 80 an
2. Tergugahnya para sastrawan
3. Munculnya puisi esai
4. Sastra lokal
Warna lokal yang di munculkan karya sastra:
1. Unsur setting
2. Gaya bahasa
3. Tokoh
MEMBENTUK GENERASI EMAS
Pemateri : Dr. Tirto Suwodo, M.Hum
Saat Indonesia genap 100 tahun menjadi salah satu alasan munculnya ide,wacana dan gagasan tentang Generasi Emas 2045. Modalnya ialah pada periode 2020-2045 Indonesia akan mendapatkan Bonus Demografi. 75% penduduk Indonesia dalam usia produktif (15-64 tahun) dan 25% yang tidak produktif (usia di bawah 14 dan diatas 65 tahun).
Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang disusun Menko Perekonomian disebutkan bahwa:
1. Pada 2025 Indonesia akan menjadi Negara maju, mandiri, makmur, dan adil dengan pendapatan perkapita 15000 Dollar AS. Dan diharapkan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi12 besar dunia
2. Pada 2045 Indonesia diproysikan akan menjadi salah satu dari 7 kekuatan ekonomi terbesar di dunia dengan pedapatan perkapita USD 47000
3. Fungsi Bahasa Daerah PP 57/2014 (BAB II pasal 6)
· Pembentuk kepribadian suku bangsa
· Pembentuk jadi diri kedaerahan
· Sarana pengungkapan serta pengembangan sastra dan budaya daerah dalam bimgkai KeIndonesian
4. KBBI Edisi IV (2008)
· KBBI Edisi IV (2008) memuat kurang lebih 70 bahasa daerah yang telah dianggap sebgai warga bangsa indonesia.
· KBBI IV memuat 90.049 entri.
· KBBI hanya memuat 3.592 entri bahasa daerah (Kurang dari 4%)
· Jumlah tersebut sunggung sangat kecil.
INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK MEMBENTUK GENERASI EMAS
Pemateri: Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum
A. Kondisi Era Digital
1. Indonesia merupakan negara pengguna internet terbesar diindonesia
2. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama Pusat Kajian Komunikasi (PUKAKOM) UI menjelaskan total pengguna internet di Indonesia perawal 2015 adalah 88.1 juta orang
3. Berdasarkan hasil riset WEARESOCIAL.SG pada tahun 2017 tercatat 132 jt pengguna internet berarti naik sekitar 51%
4. Generasi muda yang mengakses internet sekitar 70jt orang dan rata-rata menghabiskan waktu sekitar 5jam untuk berselancar dengan internet
5. Fakta menunjukan generasi anak indonesia yang mengakses situs-situs pornografi mencapai 25ribu anak per hari pada tahun 2017
6. Perkembangan dunia digital sebagai peluang dan juga tantangan.
B. Ciri-Ciri Generasi Milenial
1. Gampang bosan pada barang yang dibeli
2. No Gadget No Life
3. Hobi melakukan pembayaran non-cash
4. Suka yang serba cepat dan instan
5. Memilih pengalaman daripada aset
6. Berbeda perilaku dalam grup satu dan yang lain
7. Jago multitasking
8. Kritis terhadap fenomena sosial
9. Dikit-dikit Posting
C. Sasaran Literasi Digital Di Era Milenial
1. Gerakan literasi digital di keluarga
2. Gerakan literasi digital di sekolah
3. Gerakan literasi digital di kampus
4. Gerakan literasi di getal di masyarakat
SRTUKTUR BAHASA INDONESIA DALAM GAYA BERPIKIR:
KAJIAN BERDASARKAN ANCAMAN RETORIKA TEKSTUAL
Pemateri: Dr. Burhan Eko Purwanto, M.Hum
LANDASAN TEORITIS
A. Bahasa dan Pikiran
1. Secara garis besar terdapat dua teori tentang hubungan bahasa dan pikiran, yakni teori instrumentalisma dan teori determinisme.
2. Teori instrumentalisme memandang bahasa sebagai suatu alat untuk mengungkapkan pikiran, persepsi, dan perasaan (emosi)
3. Teori determinisme berpendapat bahwa manusia hanya dapat berpikir, mempersepsi, dan merasakan karena adanya bahasa.
4. Menurut teori instrumentalisme bahasa adalah suatu alat, sedangkan bagi teori determinisme bahasa adalah syarat untuk berpikir, mempersepsi, dan merasakan.
5. Teori instrumentalisme tampaknya sangat kuat menguasai pengalaman sehari-hari dalam pemakaian bahasa, dan terasa pula dalam (kebanyakan) praktik pemikiran ilmiah.
6. Oleh karena itu, teori instrumentalisme dipilih sebagai landasan teoritis dalam kerangka penelitian ini.
7. Teori instrumentalisme tersebut adalah teori instumentalisme L.Svygotsky dan teori instrumentalisme J.Sbruner.
B. Struktur Bahasa
1. Bahasa ini milik manusia yang paling penting membedakannya dari binatang.
2. Dengan bahasa manusia berkomunikasi, melahirkan perasaan, menyampaikan ilmu dan mengakumulasikannya, mengabdikan ilmu itu, menciptakan keindahan melalui kesusasteraan, menurunkan ilmu, kebudayaan, dan peradaban dari generasi ke generasi.
3. Menurut fungsinya, bahasa adalah suatu srtuktur yang unik dari bunyi-bunyi ucapan yang dipilih dan disusun secara arbiter untuk dipakai masyarakat sebagai alat berkomunikasi.
C. Gaya Berpikir
1. Istilah gaya berpikir yang digunakan dalam kajian ini diambil dari istilahcognitive style.
2. Menurut Guilford, gaya berpikir seseorang pada dasarnya dapat dibedakan atas dua golongan: gaya berpikir konvergen dan gaya berpikir deveregen.
3. Pask membedakan dua kategori umum kompetensi mental yang terefleksi pada gaya berpikir individu: gaya berpikir serialis dan gaya berpikir holistis.
4. Lipmam mengajukan konsep tentang higher-order thingking sebagai suatu fungsi dari berpikir kritis dan berpikir kreatif.
5. Gaya berpikir linear dan gaya berpikir holistis menurut hudson memiliki karakteristik bipolar.
6. Kebipolaran karakteristik dua gaya berpikir itu tampak dalam ciri masing-masing gaya berpikir.
7. Gaya berpikir linear memperlihatkan arus ide secara lurus, sistematis, teratur, logis dan satu arah.
8. Gaya berpikir holistis memperlihatkan arus ide tidak linear, mengacu ke berbagai arah, dan menitik beratkan kepada variabel secara keseluruhan.
9. Dua gaya berpikir ini diguga terdapat dalam diri seseorang, akan tetapi dengan tingkat kualitas yang berbeda, bergantung pada kualitas keterlibatan fngsi otak belahan kiri atau kanan.
D. Retorika Tekstual
1. Retorika tekstual berkaitan dengan bagaimana menyusun teks/wacana dengan menggunakan bahsa.
2. Retorika tekstual merupakan seperangkat prinsip yang terdiri atas empat prinsip dalam berbahasa:
a. Usahakan agar teks itu jelas
b. Usahakan agar teks itu dapat diproses dalam batas waktu kemampuan manusia
c. Usahakan agar teks itu sungkat dan mudah dipahami
d. Usahakan agar teks itu ekspresif
3. Untuk merangkup prinsip-prinsip Slobin, Leech (1983:96-107)
a. Prinsip Prosesibilitas
1. Prinsip ini mengandung pengertian bahwa tekas yang disajikan sedemikian rupa mudah dipahami pesannya bagi pembaca tepat pada waktunya.
2. Dalam proses memahami pesan, pembaca harus menentukan:
a) Bagaimana membagi pesan menjadi satuan-satuan,
b) Bagaimana tingkat membagi-bagi pesan menjadi satuan-satuan, peranan masing-masing satuan, dan
c) Bagaimana mengurutkan satuan-satuan itu.
b. Proses Kejelasan
1) Prinsip ini juga dapat diterapkan pada tataran kode yang berbeda, tetapi secara umum prinsip ini dapat dibagi menjadi dua maksim, yaitu:
a) Maksim Kejernihan (Transparency Maxim)
b) Maksim Ketaksaan (Ambiguity Maxim)
2) Usahakan suatu hubungan yang langsung dan jelas/jernih antara struktur fonologis dengan struktur semantik (yaitu antara pesan dan teks)
3) Hindarilah tuturan-tuturan yang taksa.
c. Proses Ekonomi
1. Prinsip ekonom merupakan prinsip yang sangat berharga , baik bagi penutur maupun penutur.
2. Bila teks dapat dipersingkat tenpa merusak pesan maka waktu dan tenaga yang diperlukan untuk mengenkode dan mendekode juga dapat dihemat.
3. Pada tataran fonologi’Prinsip Ekonomi’ menghendaki adanya pelepasan, asimilasi dan proses penyingkatan serta penyederhanaan yang lain.
d. Prinsip Ekspresivitas
1. Bila Prinsip Prosesibilitas, Prinsip Kejelasan, dan Prinsip Ekonomi saja yang berfungsi sebagai faktor-faktor pragmatik yang mengatur bentuk teks, maka bahasa hanyalah merupakan transaksi-transaksi yang efisian tetapi yang tidak menarik.
2. Dengan ‘Prinsip Ekspresivitas’ ini, tidak hanya efiensi teks yang dapat dipermasalahkan , tetapi juga keefektifan teks dalam arti yang luas dan yang meliputi aspek-aspek ekspresif dan estetis komunkasi.
Komentar
Posting Komentar